Logo StartUp Lokal Belajar "Jurus 5K" dari Silicon Valley untuk Startup Indonesia
Add caption |
Andy Zain - Novistiar/Jakarta Founder Institute
Novistiar,
salah satu Direktur Jakarta Founder Institute, sedang mencoba mobil
dari Arcimoto dalam perjalanannya ke Founder Showcase, The Founder
Institute di Silicon Valley
CALIFORNIA, -
Bulan April lalu saya dan Andy Zain berkunjung ke San Francisco dan
Silicon Valley mewakili Jakarta Founder Institute untuk menghadiri
Global Director Meeting dan Founder Showcase.
Founder Showcase
adalah ajang di mana startup-startup lulusan Founder Institute dari
berbagai penjuru dunia mendapat kesempatan untuk mempresentasikan
(pitch) startup mereka di depan para penanam modal (Angels dan Venture
Capitalists).
Pada kali ini ada 8 startup yang terpilih melakukan presentasi dan pemenangnya adalah Itembase, sebuah startup lulusan Berlin Founder Institute.
Selain
itu, kami juga mendapat kesempatan untuk mengunjungi markas
500Startups, salah satu inkubator terkemuka di sana, dan berbicara
dengan partner, mentor dan startup mereka.
Ada beberapa hal
penting yang yang saya perhatikan menentukan keberhasilan suatu startup
dan ingin saya bagikan dalam tulisan ini yaitu 5K: Keberanian, Komitmen,
Kerja Keras, Kolaborasi dan Kompetisi.
Keberanian
Keberanian dibutuhkan agar suatu startup bisa menghasilkan produk baru yang inovatif dan berguna bagi orang banyak.
Sebenarnya
masih banyak problem di dunia ini yang perlu dipecahkan. Hanya saja,
banyak dari problem itu yang cukup pelik dan tidak dapat dipecahkan
dengan mudah.
Contoh startup yang memiliki keberanian ini adalah Arcimoto, salah satu startup yang melakukan presentasi di Founder Showcase.
Misi
utama mereka adalah membuat suatu alat transportasi yang ramah
lingkungan dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya alam yang
terbatas.
Untuk itu mereka merancang suatu alat transportasi listrik yang efisien dan cukup murah yang dinamakan SRK.
Berapa banyak startup yang berani mencoba memecahkan masalah seperti ini?
Mungkin
hal umum yang bisa dijadikan alasan adalah biaya. Ternyata Arcimoto
bisa menghasilkan 6 prototipe yang siap pakai dengan jumlah dana yang
dikeluarkan hanya sebesar USD 3 juta!
Jumlah yang sangat
sedikit dibandingkan dengan jumlah yang dikeluarkan oleh pabrik mobil
besar dunia untuk riset kendaraan listrik mereka.
Komitmen
Yumvy, startup yang membuat “GPS” untuk memasak, dimulai oleh Sari, seorang software engineer (geek) yang suka sekali memasak.
Selama
3 tahun Sari terus bekerja sendiri untuk membuat aplikasi Yumvy dan
juga menjalankan bisnisnya yang tentunya mengalami banyak masa pasang
surut.
Akhirnya, pada awal tahun 2012 ini dia berhasil
meluncurkan versi alpha dari aplikasinya dan menjadi salah satu startup
favorit para juri dan pengunjung.
Apabila Sari tidak memiliki
komitmen dan passion akan startupnya, mungkin saja dia sudah
meninggalkan Yumvy dan mengerjakan startup baru yang lain.
Komitmen
juga diperlihatkan oleh banyak startup di 500Startups. Semua pendiri
startup tersebut bekerja secara penuh pada startup mereka.
Kerja Keras
Ketika
saya membaca aplikasi Jakarta Founder Institute, ada beberapa calon
pengusaha ini mengatakan bahwa salah satu alasan mereka untuk menjadi
pengusaha adalah supaya mereka bisa mengatur jadwal sendiri dan
menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga.
Hal ini
mungkin benar jika bisnis pengusaha tersebut sudah sukses dan
menghasilkan banyak uang sehingga bisa memperkerjakan pegawai untuk
menjalankan perusahaan.
Tetapi, untuk kebanyakan startup, para
pendirinya harus mengerjakan segala sesuatunya sendiri karena
ketersediaan dana dan sumber daya yang terbatas.
Seringkali
mereka harus bekerja sampai larut malam, bahkan bekerja pada akhir pekan
dan musim liburan. Tanpa adanya kerja keras ini, akan sulit bagi
startup tersebut untuk bisa sukses.
Di Silicon Valley bekerja
sampai pagi dan akhir pekan sudah membudaya dan mereka tidak menjadikan
alasan untuk membuat suatu startup agar bisa menghabiskan lebih banyak
waktu dengan keluarga.
Kolaborasi
Yang
saya maksudkan dengan kolaborasi adalah kerja sama antara pemain (para
pendiri, mentor atau pendiri yang sudah sukses, penanam modal,
pemerintah, dunia pendidikan, korporasi, dll) di suatu ekosistem
startup.
Dukungan dari mentor sangat diperlukan terutama bagi pengusaha yang baru memulai usahanya.
Penanam
modal dibutuhkan dalam menyediakan dana untuk menutupi biaya operasi
startup dan biaya hidup pendiri yang berpotensi agar mereka dapat
berkonsentrasi menjalankan startup mereka.
Pemerintah diharapkan mendukung dengan menyiapkan infrastruktur dan segi hukum yang mendukung, kuat dan jelas.
Dunia pendidikan diharapkan secara aktif berperan dalam mendidik calon-calon pengusaha yang baik.
Tanpa
adanya kolaborasi dari semua pihak yang berkepentingan atau ekosistem
yang baik, akan lebih sulit bagi startup untuk bisa berhasil.
Sebagai
contoh, pada saat crowdfunding menjadi popular, pemerintah di sana
segera mengeluarkan peraturan yang mendukung dan memudahkan startup
untuk mendapatkan dana secara crowdfunding.
Kompetisi
Yang tak kalah penting tetapi sering menjadi hal yang tabu disini adalah kompetisi.
Ketika
berbincang-bincang dengan startup di sana, mereka melihat kompetisi
sebagai suatu hal yang positif karena adanya pesaing dapat membantu
membuktikan kepada calon penanam modal bahwa model bisnis mereka
memiliki potensi yang baik.
Selain itu adanya persaingan
memotivasi mereka untuk terus berinovasi dan menjadi yang terbaik
sehingga yang dihasilkan adalah produk yang semakin baik bagi pengguna.
Di
sini saya masih suka mendengar pendiri yang merasa tidak enak dengan
pendiri lain atau tidak suka jika ada pendiri lain yang mereka kenal dan
melakukan bisnis yang sama.
Dunia Internet/digital startup di Indonesia baru dimulai dan masih dalam tahap pembelajaran.
Masih
banyak yang harus dikerjakan untuk membuat ekosistem startup yang baik
dan kuat di Indonesia. Jangan sampai potensi Indonesia yang sangat
besar ini menjadi percuma dan tidak dapat dimanfaatkan oleh
pengusaha-pengusaha lokal.
Mudah-mudahan semua pemain dalam
ekosistem startup kita dapat menerapkan prinsip 5K: Keberanian,
Komitmen, Kerja Keras, Kolaborasi, dan Kompetisi ini sehingga akan
banyak startup Indonesia yang sukses dan bahkan bisa mendunia.
*Tentang Penulis: Novistiar adalah salah satu Direktur dari Jakarta Founder Institute. Ia bisa dihubungi melalui akun Twitter @novistiar.
KOMPAS.com
Post a Comment for "Logo StartUp Lokal Belajar "Jurus 5K" dari Silicon Valley untuk Startup Indonesia"
Komentar Anda adalah tanggapan pribadi, kami berhak menghapus komentar yang mengandung kata-kata pelecehan, intimidasi, dan SARA.