Halalkah Harta Anda?
Mikraj Insani
Manusia diciptakan supaya ia bermikraj, sisi jasmaniahnya cemerlang,
dan bergerak ke suatu tempat yang ia tidak akan mengenal selain Allah.
Yaitu, ia diciptakan untuk meniti gerak kesempurnaan. Jika ia terjatuh
di pertengahan jalan, selama Allah masih menjadi Tuhan, gerak ini masih
tetap berlanjut dan ia harus bergerak menuju haribaan Qurb Ilahi.
Pada hakikatnya, manusia diciptakan untuk naik. Akan tetapi, sangat
disayangkan, kadang-kadang ia memilih sendiri jalan untuk terjerambab
dengan tangannya sendiri. Jika ia tidak sadar, maka keterjerambaban ini
akan mengabadi sehingga ia akan terjerumus ke tingkat neraka Jahanam
yang paling rendah. "Sesungguhnya orang-orang munafik berada di tingkat
neraka paling rendah." (QS. Al-Nisa':145)
Sedikit penyelewengan dari jalan yang lurus dapat mengantarkan kita
kepada keterjerumusan. Dalam frase ayat "tunjukkanlah kami ke jalan yang
lurus" yang harus kita baca dalam setiap shalat dengan memperhatikan
maknanya, kita mengharap kepada Allah supaya tidak setitip pun
penyelewengan muncul dalam diri kita, baik ke kanan maupun ke kiri. Di
samping itu, kita juga memohon taufik kepada Allah supaya kita dapat
mencapai tujuan akhir.
Jika kemauan dan taufik dapat berjalan beriringan, niscaya hidayah
Ilahi akan menuntun tangan kita dan menunjukkan kepada kita jalan lurus
yang lebih halus daripada sehelai rambut, lebih panas daripada api, dan
lebih tajam daripada pedang berkilau. Hal ini akan berlanjut hingga
kita berjumpa dengan Allah. Keberhasilan dalam bidang ini memerlukan
perhatian yang sangat serius. Berpegang teguh kepada Al-Quran dan Itrah
dapat menjadi penerang jalan kita, dan tawasul kepada Ahlul Bait as
dapat membukakan jalan bagi kita.
Harta Haram Salah Satu Faktor
Salah satu sumber dan faktor kejatuhan manusia adalah harta haram.
Makanan dan minuman haram memiliki banyak macam dan ragam. Makanan dan
minuman memabukkan atau beralkohol adalah salah satu jenis makanan dan
minuman haram ini. Jenis ini dapat memusnahkan umat manusia.
Yang akan kita kupas bersama pada kesempatan ini adalah harta haram
yang dapat menjatuhkan kehidupan manusia. Al-Quran dan Ahlul Bait as
selalu berpesan supaya kita menjauhi harta haram. Sebelum sperma
terwujud sekalipun, banyak pesan supaya orang tua memperhatikan
kehalalan makanan dan minuman mereka. Makanan dan minuman haram sangat
berbahaya bagi sperma.
Dalam ajaran agama, sudah dijelaskan pengaruh negatif makanan dan
minuman haran terhadap jiwa manusia. Oleh karena itu, Islam sangat
menekankan kehalalan makanan dan minuman seorang ibu pada masa kehamilan
dan menyusui, begitu pula kehalalan makanan yang disantap oleh
anak-anak ketika kecil, dan begitu juga kehalalan manusia hingga akhir
usianya.
Salah satu efek makanan haram adalah harta ini dapat merampas
perhatian dan kesadaran kita; harta ini akan menjerumuskan kita ke dalam
kelalaian. Jika hal ini sudah terjadi, kita tidak akan memiliki
semangat untuk beribadah. Kita tidak akan merasakan kelezatan shalat.
Lebih parah lagi, kita akan merasa lezat apabilal bermaksiat.
Kita akan sampai para suatu tingkatan yang menyebabkan kita merasa
sulit untuk melakukan hubungan dengan Allah. Kita bukan hanya tidak
memperoleh taufik untuk dapat mengerjakan shalat malam, bahkan taufik
untuk mengerjakan shalat di awal waktu juga akan tersingkirkan dari diri
kita.
Efek lain harta haram adalah seseorang akan ditimpa jahil murakkab.
Yakni ia akan memandang perilaku buruk sebagai sebuah perilaku yang
indah dan baik. Menurut penilaian Al-Quran, orang yang paling merugi
kelak di akhirat adalah orang yang menganggap perilaku jeleknya sebagai
perilaku yang baik. "Katakanlah maukah kalian Kami beritahukan tentang
siapakah orang yang paling merugi? Mereka adalah orang-orang yang usaha
mereka musnah di dunia, sedang mereka menyangka bahwa mereka sedang
berbuat kebajikan." (QS. Al-A'raf:103-104)
Anggota sebuah masyarakat yang bregelumuran harta haram pasti akan
mengalami jahil murakkab. Mereka akan sampai pada sebuah titik dimana
problematika kebudayaan mencengkeram mereka, sementara itu mereka
berpikiran sedang memiliki budaya yang paling ideal. Budaya Islami di
kalangan mereka dinilai sebagai sebuah khurafat. Hijab tidak memiliki
nilai dalam pandangan mereka. Konsep ini dianggap sebagai sebuah
khurafat. Mereka lebih memberikan nilai kepada model pakaian bangsa
Barat dan mengolok-olokkan agama, shalat, masjid, dan mihrab.
Sebaliknya, mereka mengacungkan jempol terhadap perilaku buruk dan
kultur bangsa Barat.
Kelaliman dalam masyarakat seperti ini memiliki sebuah nilai. Riba
dan uang pelicin menjadi sebuah budaya yang lumrah dan dianggap sebagai
sebuah kelebihan.
Harta haram akan memutuskan hubungan manusia dengan Allah secara
keseluruhan. Sebaliknya, harta ini akan menyambungkan manusia dengan
setan. Jika ia telah menyambung hubungan dengan setan, niscaya ia akan
terjerambab ke dalam sebuah jalan yang akan berakhir kepada
keterjatuhan. Ia akan meniti jalan ini hingga ajal menjemputnya.
Sangat disayangkan lagi, di dunia akhirat, keterjatuhan ini juga
masih berlanjut. Kita memohon kepada Allah jangan sampai kita terjerumus
ke dalam tempat hina ini sehingga keterjatuhan kita masih tetap
berlangsung hingga pada hari kiamat kelak.
Lebih dari itu semua, orang yang menggunakan harta haram masih harus
mengganti hak orang lain pada hari kiamat kelak. Tentu masalah ini
tidak ada hubungannya dengan keterjemusan dan siksanya di Jahanam
kelak.
Allah swt pernah bersumpah demi keagungan dan kemuliaan-Nya sembari
berfirman, "Aku mungkin memaafkan hak-Ku. Tapi Aku tidak akan pernah
memaafkan hak manusia."
Oleh karena itu, pada hari kiamat kelak, seluruh ibadah dan perbuatan
baik pengutang akan diberikan kepada pemiutang supaya ia rela. Jika
penghutang tidak memiliki amal kebaikan atau amal kebaikannya sudah
habis, maka dosa-dosa pemiutang akan ditransfer ke buku amal pengutang.
Harta haram memiliki banyak efek negatif lain yang tidak mungkin bisa
dikupas tuntas pada kesempatan ini. Atas dasar ini, mencari harta
halal khususnya pada masa sekarang ini, sekalipun sangat sulit, tapi
harus dilakukan.
Sikap Tegas Imam Shadiq as
Pada suatu hari, Imam Shadiq as mengutus seorang pembantunya seraya berkata,
"Untuk menjalankan roda kehidupan, saya memerlukan sebuah penghasilan."
Setelah berkata demikian, Imam Shadiq as menyerahkan sekantong uang
senilai 1000 keping emas supaya pembantu itu melakukan sebuah
perniagaan.
Akhirnya, sang pembantu membeli sebuah barang niaga dan berangkat ke
Mesir bersama para pedagang. Di pertengahan jalan, ia berjumpa dengan
kafilah perdagangan yang sedang kembali dari Mesir. Ia pun menanyakan
kondisi barang niaga yang telah dibelinya itu kepada mereka. Mereka
mengatakan barang niaga itu sangat dibutuhkan oleh seluruh rakyat Mesir.
Mendengar berita itu, para pedagang yang ada dalam kafilah niaga ini
pun bersepakat untuk menjual barang niaga sebesar dua kali lipat harga
pembelian. Setelah kembali dari perniagaan, pembantu itu sangat gembira
dan meletakkan dua kantong uang di hadapan Imam Shadiq as sembari
memberikan laporan perjalanan niaga tersebut.
Mendengar laporan itu, Imam Shadiq as sangat murka lantaran pembantu
itu telah menjual mahal barang niaga yang telah dibawanya. "Maha Suci
Allah! Kalian saling sepakat untuk mengeruk keuntungan satu dinar dari
sesama muslimin?", tanya Imam Shadiq as.
Setelah bertanya demikian, Imam Shadiq as hanya mengambil modal
pertama seraya berkata, "Saya tidak memerlukan keuntungan seperti ini."
Setelah berkata demikian, Imam Shadiq as berkata, "Pertempuran pedang
lebih mudah daripada mencari harta yang halal." (Al-Kafi, jld. 5, hlm.
161)
Harta Haram dan Pendidikan Anak
Harta haram tidak hanya menjerumuskan seseorang ke dalam jurang
keterjatuhan. Harta ini juga akan menyengsarakan anak keturunannya.
Kondisi kebudayaan mengenaskan dan dekadensi moral yang dialami oleh
masyarakat kita sekarang ini bersumber dari harta haram yang diberikan
oleh orang tua kepada anak-anak mereka. Kondisi sebagian pemuda dan
pemudi sangat buruk sehingga kita katakan bahwa kita sudah tidak
memiliki kesucian dan kepekaan komunal.
Dekadensi moral dan etika telah mendominasi masyarakat kita dengan
sangat berani. Kesucian telah hengkang dari kalbu kaum wanita dan
kepekaan telah sirna dari dada kaum pria. Akhirnya, hal ini menjadi
sebuahu nilai di tengah masyrakat luas kita.
Mengapa hal ini sampai terjadi? Kita kan pengikut Mazhab Syiah. Kita
memiliki syiar yang sangat ideal dari sisi agama dan mazhab. Kita
adalah para pecinta Ahlul Bait as. Mengapa semua ini bisa terjadi?
Semua ini lantaran harta haram.
Di perkantoran kita masih ditemukan orang yang tidak bekerja,
menyepelekan kerja, dan uang pelicin masih digemari. Sangat jelas, uang
yang diterima oleh mereka yang menerima harta suap atau di kantor tidak
bekerja atau malas kerja adalah harta haram. Anak-anak mereka lantaran
suapan haram ini pasti akan kehilangan kesucian mereka. Lebih buruk
lagi apalagi hal ini telah menjadi sebuah nilai dalam diri mereka.
Mereka tidak pernah pergi ke masjid dan menganggap hal-hal spiritual
sebagai sebuah khurafat. Mereka hanya menyibukkan diri dengan telpon
genggam. Mengerikan sekali. HP ini telah menjadi sarang setan bagi
sebagian kalangan muda mudi.
Pasar kita bukan pasar yang Islami. Riba, penjualan dengan harga
mahal, dan penimbunan barang sering terjadi dalam bentuk yang sangat
menakjubkan. Penipuan dalam transaksi jual beli sering terjadi. Jelas,
pedagang seperti ini tidak akan dapat menyerahkan putra dan putri yang
suci kepada masyarakatnya.
Oleh karena itu, kita kadang-kadang menyaksikan seorang ayah memiliki
hubungan khusus dengan masjid (ahli masjid). Tapi anak-anaknya bukan
hanya muak melihat masjid, mereka malah mengolok-olok ayah mereka yang
sedang pergi ke masjid.
Ketika khumus sudah menjadi sebuah realita yang dianggap sebagai anti
nilai dalam kehidupan masyarakat, jelas makanan yang tersebar di
tengah masyarakat ini adalah makanan haram. Ketika anak-anak kita
memakan makanan ini, mereka bukan hanya malas mendengar kata agama,
tapi malah terjerumus ke dalam keterjatuhan yang menakjubkan.
Belajar dari Sejarah
Anak-anaku kaum muda! Belajarlah dari sejarah. Pada masa kekuasaan
Mutawakkil Abbasi, salah seorang alim yang bernama Syuraik memiliki
hubungan khusus dengan istana. Mutawakkil meminta kepadanya supaya
menjadi Qadhil Qudhat (posisi setingkat Mahkamah Agung). Syuraik dengan
berani menjawab, "Pemerintahanmu adalah pemerintahan yang zalim." Ia
tidak menerima tawaran itu.
"Paling tidak jadilah guru bagi anak-anakku," pinta Mutawakkil lagi.
"Ini juga sejenis pembantuan terhadap kezaliman, dan saya tidak akan
pernah menerima," jawab Syuraik tegas.
"Jika begitu, jadilah tamuku dalam makan malam kali ini," pinta
Mutawakil. Lantaran tidak menemukan alasan untuk menolak, Syuraik
menerima permintaan ini dan menyantap makan malam istana. Ia pun lantas
kembali ke rumah.
Setelah pulang ke rumah, pemikiran menyeleweng lantaran menyantap makanan haram menguasai pikiran Syuraik.
Memang sudah selayaknya demikian. Jika seseorang memakan harta haram,
maka sangat tidak mungkin ia akan memiliki pikiran Ilahi dan
spiritual. Harta haram adalah fasilitas paling bagi setan yang dapat
mempermudah tugasnya.
Oleh karena itu, pikiran satanis merasuk ke dalam relung hati
Syuraik. Menurut pikirannya, jika saya menerima posisi Qadhil Qudhat,
maka saya dapat berkhidmat kepada masyarakat melalui jalan ini.
Rayuan setan telah menguasai diri Syuraik dan menggambarkan posisi
Qadhil Qudhat sebagai sebuah posisi yang sangat indah dan bermanfaat.
Lantas ia berpikir lagi, jika saya dapat mendidik anak-anak Mutawakil,
tentu hal ini sangatlah bernilai. Mengapa saya harus menolak masalah
suci ini?
Dari sejak permulaan malam hingga pagi hari, Syuraik merenungkan
pikiran-pikiran satanis yang telah merasuki dirinya. Pada hari
berikutnya, ia pergi menemui Mutawakil dan menyatakan kesiapan untuk
menerima kedua posisi tersebut. Lantaran khidmatnya yang besar terhadap
istana, Mutawakil menentukan gaji bulanan yang sangat besar untuk
Syuraik.
Makanan haram, sekalipun hanya sekadar makan malam, dapat memperdaya
manusia untuk siap menjual agamanya. Lebih anehnya, Syuraik sendiri
menyadari penyelewengan dirinya dan bahwa dirinya telah menjual agama.
Sayangnay, harta haram tidak mengizinkan dia kembali.
Pada suatu hari, ketika tengah menerima gaji, Syuraik melihat bahwa
satu keping emas cacat. Dengan tujuan menukar keping emas itu, ia pergi
menemui petugas yang membagi-bagikan gaji. Petugas itu menjawab,
"Memangnya kenapa bila sekeping emas di antara kepingan-kepingan ini
cacat? Memang kamu telah menjual harta warisan dari ayahmu sebagai ganti
kepingan-kepingan ini?"
Syuraik dengan kesal menjawab, "Tidak! Untuk menerima
kepingan-kepingan ini, saya telah menjual agamaku. Untuk itu, saya tidak
akan pernah menutup mata sekalipun sekeping."
Amirul Mukminin Ali as ketika mendengar berita bahwa gubenurnya
mendatangi jamuan orang-orang kaya dan menyantap makanan seperti gaya
mereka sangat marah sekali. Ia menulis surat pedas kepadanya,
"Menghadiri jamuan pertamuan orang-orang kaya dan menyantap makanan
golongan kelas tinggi tidak layak bagi gubernurku. Saya sebagai pemimpin
rakyat hanya mencukupkan diri dengan dua keping roti dan dua pakaian
bertambal untuk sehari. Mungkinkah saya menghabiskan harta Baitul Mal
hanya demi menyantap makanan lezat dan pakaian halus?" (Nahjul Balaghah,
surat no. 45)
Para aparat negara dan pegawai, pedagang, ulama, dan semua lapisan
lapisan masyarakat harus camkan bersama bahwa harta haram akan
menjerumuskan seseorang ke dalam sebuah jurang yang setelah itu tidak
ada tempat kembali.
Post a Comment for "Halalkah Harta Anda?"
Komentar Anda adalah tanggapan pribadi, kami berhak menghapus komentar yang mengandung kata-kata pelecehan, intimidasi, dan SARA.