Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Halalkah Harta Anda?


Pelajaran akhlak mingguan Ayatullah Mazhahiri kali ini mengkaji seputar efek-efek negatif harta haram bagi kehidupan beragama. "Harta haram dapat mendatangkan kehidupan kelam bagi manusia," ujarnya. Berikut ini adalah ringkasan pelajaran akhlak berharga ini:
Mikraj Insani
Manusia diciptakan supaya ia bermikraj, sisi jasmaniahnya cemerlang, dan bergerak ke suatu tempat yang ia tidak akan mengenal selain Allah. Yaitu, ia diciptakan untuk meniti gerak kesempurnaan. Jika ia terjatuh di pertengahan jalan, selama Allah masih menjadi Tuhan, gerak ini masih tetap berlanjut dan ia harus bergerak menuju haribaan Qurb Ilahi.
Pada hakikatnya, manusia diciptakan untuk naik. Akan tetapi, sangat disayangkan, kadang-kadang ia memilih sendiri jalan untuk terjerambab dengan tangannya sendiri. Jika ia tidak sadar, maka keterjerambaban ini akan mengabadi sehingga ia akan terjerumus ke tingkat neraka Jahanam yang paling rendah. "Sesungguhnya orang-orang munafik berada di tingkat neraka paling rendah." (QS. Al-Nisa':145)
Sedikit penyelewengan dari jalan yang lurus dapat mengantarkan kita kepada keterjerumusan. Dalam frase ayat "tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus" yang harus kita baca dalam setiap shalat dengan memperhatikan maknanya, kita mengharap kepada Allah supaya tidak setitip pun penyelewengan muncul dalam diri kita, baik ke kanan maupun ke kiri. Di samping itu, kita juga memohon taufik kepada Allah supaya kita dapat mencapai tujuan akhir.
Jika kemauan dan taufik dapat berjalan beriringan, niscaya hidayah Ilahi akan menuntun tangan kita dan menunjukkan kepada kita jalan lurus yang lebih halus daripada sehelai rambut, lebih panas daripada api, dan lebih tajam daripada pedang berkilau. Hal ini akan berlanjut hingga kita berjumpa dengan Allah. Keberhasilan dalam bidang ini memerlukan perhatian yang sangat serius. Berpegang teguh kepada Al-Quran dan Itrah dapat menjadi penerang jalan kita, dan tawasul kepada Ahlul Bait as dapat membukakan jalan bagi kita.
Harta Haram Salah Satu Faktor
Salah satu sumber dan faktor kejatuhan manusia adalah harta haram. Makanan dan minuman haram memiliki banyak macam dan ragam. Makanan dan minuman memabukkan atau beralkohol adalah salah satu jenis makanan dan minuman haram ini. Jenis ini dapat memusnahkan umat manusia.
Yang akan kita kupas bersama pada kesempatan ini adalah harta haram yang dapat menjatuhkan kehidupan manusia. Al-Quran dan Ahlul Bait as selalu berpesan supaya kita menjauhi harta haram. Sebelum sperma terwujud sekalipun, banyak pesan supaya orang tua memperhatikan kehalalan makanan dan minuman mereka. Makanan dan minuman haram sangat berbahaya bagi sperma.
Dalam ajaran agama, sudah dijelaskan pengaruh negatif makanan dan minuman haran terhadap jiwa manusia. Oleh karena itu, Islam sangat menekankan kehalalan makanan dan minuman seorang ibu pada masa kehamilan dan menyusui, begitu pula kehalalan makanan yang disantap oleh anak-anak ketika kecil, dan begitu juga kehalalan manusia hingga akhir usianya.
Salah satu efek makanan haram adalah harta ini dapat merampas perhatian dan kesadaran kita; harta ini akan menjerumuskan kita ke dalam kelalaian. Jika hal ini sudah terjadi, kita tidak akan memiliki semangat untuk beribadah. Kita tidak akan merasakan kelezatan shalat. Lebih parah lagi, kita akan merasa lezat apabilal bermaksiat.
Kita akan sampai para suatu tingkatan yang menyebabkan kita merasa sulit untuk melakukan hubungan dengan Allah. Kita bukan hanya tidak memperoleh taufik untuk dapat mengerjakan shalat malam, bahkan taufik untuk mengerjakan shalat di awal waktu juga akan tersingkirkan dari diri kita.
Efek lain harta haram adalah seseorang akan ditimpa jahil murakkab. Yakni ia akan memandang perilaku buruk sebagai sebuah perilaku yang indah dan baik. Menurut penilaian Al-Quran, orang yang paling merugi kelak di akhirat adalah orang yang menganggap perilaku jeleknya sebagai perilaku yang baik. "Katakanlah maukah kalian Kami beritahukan tentang siapakah orang yang paling merugi? Mereka adalah orang-orang yang usaha mereka musnah di dunia, sedang mereka menyangka bahwa mereka sedang berbuat kebajikan." (QS. Al-A'raf:103-104)
Anggota sebuah masyarakat yang bregelumuran harta haram pasti akan mengalami jahil murakkab. Mereka akan sampai pada sebuah titik dimana problematika kebudayaan mencengkeram mereka, sementara itu mereka berpikiran sedang memiliki budaya yang paling ideal. Budaya Islami di kalangan mereka dinilai sebagai sebuah khurafat. Hijab tidak memiliki nilai dalam pandangan mereka. Konsep ini dianggap sebagai sebuah khurafat. Mereka lebih memberikan nilai kepada model pakaian bangsa Barat dan mengolok-olokkan agama, shalat, masjid, dan mihrab. Sebaliknya, mereka mengacungkan jempol terhadap perilaku buruk dan kultur bangsa Barat.
Kelaliman dalam masyarakat seperti ini memiliki sebuah nilai. Riba dan uang pelicin menjadi sebuah budaya yang lumrah dan dianggap sebagai sebuah kelebihan.
Harta haram akan memutuskan hubungan manusia dengan Allah secara keseluruhan. Sebaliknya, harta ini akan menyambungkan manusia dengan setan. Jika ia telah menyambung hubungan dengan setan, niscaya ia akan terjerambab ke dalam sebuah jalan yang akan berakhir kepada keterjatuhan. Ia akan meniti jalan ini hingga ajal menjemputnya.
Sangat disayangkan lagi, di dunia akhirat, keterjatuhan ini juga masih berlanjut. Kita memohon kepada Allah jangan sampai kita terjerumus ke dalam tempat hina ini sehingga keterjatuhan kita masih tetap berlangsung hingga pada hari kiamat kelak.
Lebih dari itu semua, orang yang menggunakan harta haram masih harus mengganti hak orang lain pada hari kiamat kelak. Tentu masalah ini tidak ada hubungannya dengan keterjemusan dan siksanya di Jahanam kelak.
Allah swt pernah bersumpah demi keagungan dan kemuliaan-Nya sembari berfirman, "Aku mungkin memaafkan hak-Ku. Tapi Aku tidak akan pernah memaafkan hak manusia."
Oleh karena itu, pada hari kiamat kelak, seluruh ibadah dan perbuatan baik pengutang akan diberikan kepada pemiutang supaya ia rela. Jika penghutang tidak memiliki amal kebaikan atau amal kebaikannya sudah habis, maka dosa-dosa pemiutang akan ditransfer ke buku amal pengutang.
Harta haram memiliki banyak efek negatif lain yang tidak mungkin bisa dikupas tuntas pada kesempatan ini. Atas dasar ini, mencari harta halal khususnya pada masa sekarang ini, sekalipun sangat sulit, tapi harus dilakukan.
Sikap Tegas Imam Shadiq as
Pada suatu hari, Imam Shadiq as mengutus seorang pembantunya seraya berkata,
"Untuk menjalankan roda kehidupan, saya memerlukan sebuah penghasilan."
Setelah berkata demikian, Imam Shadiq as menyerahkan sekantong uang senilai 1000 keping emas supaya pembantu itu melakukan sebuah perniagaan.
Akhirnya, sang pembantu membeli sebuah barang niaga dan berangkat ke Mesir bersama para pedagang. Di pertengahan jalan, ia berjumpa dengan kafilah perdagangan yang sedang kembali dari Mesir. Ia pun menanyakan kondisi barang niaga yang telah dibelinya itu kepada mereka. Mereka mengatakan barang niaga itu sangat dibutuhkan oleh seluruh rakyat Mesir.
Mendengar berita itu, para pedagang yang ada dalam kafilah niaga ini pun bersepakat untuk menjual barang niaga sebesar dua kali lipat harga pembelian. Setelah kembali dari perniagaan, pembantu itu sangat gembira dan meletakkan dua kantong uang di hadapan Imam Shadiq as sembari memberikan laporan perjalanan niaga tersebut.
Mendengar laporan itu, Imam Shadiq as sangat murka lantaran pembantu itu telah menjual mahal barang niaga yang telah dibawanya. "Maha Suci Allah! Kalian saling sepakat untuk mengeruk keuntungan satu dinar dari sesama muslimin?", tanya Imam Shadiq as.
Setelah bertanya demikian, Imam Shadiq as hanya mengambil modal pertama seraya berkata, "Saya tidak memerlukan keuntungan seperti ini."
Setelah berkata demikian, Imam Shadiq as berkata, "Pertempuran pedang lebih mudah daripada mencari harta yang halal." (Al-Kafi, jld. 5, hlm. 161)
Harta Haram dan Pendidikan Anak
Harta haram tidak hanya menjerumuskan seseorang ke dalam jurang keterjatuhan. Harta ini juga akan menyengsarakan anak keturunannya. Kondisi kebudayaan mengenaskan dan dekadensi moral yang dialami oleh masyarakat kita sekarang ini bersumber dari harta haram yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak mereka. Kondisi sebagian pemuda dan pemudi sangat buruk sehingga kita katakan bahwa kita sudah tidak memiliki kesucian dan kepekaan komunal.
Dekadensi moral dan etika telah mendominasi masyarakat kita dengan sangat berani. Kesucian telah hengkang dari kalbu kaum wanita dan kepekaan telah sirna dari dada kaum pria. Akhirnya, hal ini menjadi sebuahu nilai di tengah masyrakat luas kita.
Mengapa hal ini sampai terjadi? Kita kan pengikut Mazhab Syiah. Kita memiliki syiar yang sangat ideal dari sisi agama dan mazhab. Kita adalah para pecinta Ahlul Bait as. Mengapa semua ini bisa terjadi? Semua ini lantaran harta haram.
Di perkantoran kita masih ditemukan orang yang tidak bekerja, menyepelekan kerja, dan uang pelicin masih digemari. Sangat jelas, uang yang diterima oleh mereka yang menerima harta suap atau di kantor tidak bekerja atau malas kerja adalah harta haram. Anak-anak mereka lantaran suapan haram ini pasti akan kehilangan kesucian mereka. Lebih buruk lagi apalagi hal ini telah menjadi sebuah nilai dalam diri mereka. Mereka tidak pernah pergi ke masjid dan menganggap hal-hal spiritual sebagai sebuah khurafat. Mereka hanya menyibukkan diri dengan telpon genggam. Mengerikan sekali. HP ini telah menjadi sarang setan bagi sebagian kalangan muda mudi.
Pasar kita bukan pasar yang Islami. Riba, penjualan dengan harga mahal, dan penimbunan barang sering terjadi dalam bentuk yang sangat menakjubkan. Penipuan dalam transaksi jual beli sering terjadi. Jelas, pedagang seperti ini tidak akan dapat menyerahkan putra dan putri yang suci kepada masyarakatnya.
Oleh karena itu, kita kadang-kadang menyaksikan seorang ayah memiliki hubungan khusus dengan masjid (ahli masjid). Tapi anak-anaknya bukan hanya muak melihat masjid, mereka malah mengolok-olok ayah mereka yang sedang pergi ke masjid.
Ketika khumus sudah menjadi sebuah realita yang dianggap sebagai anti nilai dalam kehidupan masyarakat, jelas makanan yang tersebar di tengah masyarakat ini adalah makanan haram. Ketika anak-anak kita memakan makanan ini, mereka bukan hanya malas mendengar kata agama, tapi malah terjerumus ke dalam keterjatuhan yang menakjubkan.
Belajar dari Sejarah
Anak-anaku kaum muda! Belajarlah dari sejarah. Pada masa kekuasaan Mutawakkil Abbasi, salah seorang alim yang bernama Syuraik memiliki hubungan khusus dengan istana. Mutawakkil meminta kepadanya supaya menjadi Qadhil Qudhat (posisi setingkat Mahkamah Agung). Syuraik dengan berani menjawab, "Pemerintahanmu adalah pemerintahan yang zalim." Ia tidak menerima tawaran itu.
"Paling tidak jadilah guru bagi anak-anakku," pinta Mutawakkil lagi. "Ini juga sejenis pembantuan terhadap kezaliman, dan saya tidak akan pernah menerima," jawab Syuraik tegas.
"Jika begitu, jadilah tamuku dalam makan malam kali ini," pinta Mutawakil. Lantaran tidak menemukan alasan untuk menolak, Syuraik menerima permintaan ini dan menyantap makan malam istana. Ia pun lantas kembali ke rumah.
Setelah pulang ke rumah, pemikiran menyeleweng lantaran menyantap makanan haram menguasai pikiran Syuraik.
Memang sudah selayaknya demikian. Jika seseorang memakan harta haram, maka sangat tidak mungkin ia akan memiliki pikiran Ilahi dan spiritual. Harta haram adalah fasilitas paling bagi setan yang dapat mempermudah tugasnya.
Oleh karena itu, pikiran satanis merasuk ke dalam relung hati Syuraik. Menurut pikirannya, jika saya menerima posisi Qadhil Qudhat, maka saya dapat berkhidmat kepada masyarakat melalui jalan ini.
Rayuan setan telah menguasai diri Syuraik dan menggambarkan posisi Qadhil Qudhat sebagai sebuah posisi yang sangat indah dan bermanfaat. Lantas ia berpikir lagi, jika saya dapat mendidik anak-anak Mutawakil, tentu hal ini sangatlah bernilai. Mengapa saya harus menolak masalah suci ini?
Dari sejak permulaan malam hingga pagi hari, Syuraik merenungkan pikiran-pikiran satanis yang telah merasuki dirinya. Pada hari berikutnya, ia pergi menemui Mutawakil dan menyatakan kesiapan untuk menerima kedua posisi tersebut. Lantaran khidmatnya yang besar terhadap istana, Mutawakil menentukan gaji bulanan yang sangat besar untuk Syuraik.
Makanan haram, sekalipun hanya sekadar makan malam, dapat memperdaya manusia untuk siap menjual agamanya. Lebih anehnya, Syuraik sendiri menyadari penyelewengan dirinya dan bahwa dirinya telah menjual agama. Sayangnay, harta haram tidak mengizinkan dia kembali.
Pada suatu hari, ketika tengah menerima gaji, Syuraik melihat bahwa satu keping emas cacat. Dengan tujuan menukar keping emas itu, ia pergi menemui petugas yang membagi-bagikan gaji. Petugas itu menjawab, "Memangnya kenapa bila sekeping emas di antara kepingan-kepingan ini cacat? Memang kamu telah menjual harta warisan dari ayahmu sebagai ganti kepingan-kepingan ini?"
Syuraik dengan kesal menjawab, "Tidak! Untuk menerima kepingan-kepingan ini, saya telah menjual agamaku. Untuk itu, saya tidak akan pernah menutup mata sekalipun sekeping."
Amirul Mukminin Ali as ketika mendengar berita bahwa gubenurnya mendatangi jamuan orang-orang kaya dan menyantap makanan seperti gaya mereka sangat marah sekali. Ia menulis surat pedas kepadanya, "Menghadiri jamuan pertamuan orang-orang kaya dan menyantap makanan golongan kelas tinggi tidak layak bagi gubernurku. Saya sebagai pemimpin rakyat hanya mencukupkan diri dengan dua keping roti dan dua pakaian bertambal untuk sehari. Mungkinkah saya menghabiskan harta Baitul Mal hanya demi menyantap makanan lezat dan pakaian halus?" (Nahjul Balaghah, surat no. 45)
Para aparat negara dan pegawai, pedagang, ulama, dan semua lapisan lapisan masyarakat harus camkan bersama bahwa harta haram akan menjerumuskan seseorang ke dalam sebuah jurang yang setelah itu tidak ada tempat kembali.


http://ahlulbaitindonesia.org/index.php/agama/akhlak/978-halalkah-harta-anda-baca-ini-.html

Post a Comment for "Halalkah Harta Anda?"